Tonton Kekhidmatan Prosesi Wisuda Santriwan dan Santriwati Pesantren Inklusi Griya Sunnah Cileungsi Bogor, Klik :
https://youtu.be/fNgc3moX2t8?si=9AbVwzUUqACPgb6T
Banyak orang yang sering tidak tahan saat akan melakukan sesuatu yang baik mereka sering omon-omon dulu ke teman, tetangga dan handai taulan. Lebih parah lagi rencana baik itu sering dishare dahulu di Media Sosial. Padahal sebaiknya hal itu dirahasiakan dahulu agar menghindari hal hal yang tidak diinginkan.
Hal hal yang tidak diinginkan itu misalnya :
✓ Rencana baik itu khawatir terkena Ain buruk dari mata mata Hasad. Karena kita sering menyangka bahwa teman, keluarga itu menyukai pencapaian kita padahal sesungguhnya mereka adalah Hatter Terdekat yang menyembunyikan kebenciannya di hadapan kita.
✓ Rencana baik yang diumbar akan memancing syeitan lebih ekstra dalam menggagalkannya karena saat disembunyikan syetan tidak tahu isi hati manusia. Tapi saat diumbar kemana mana maka syeitan jadi tahu rencana baik itu. Hal ini berlaku juga bagi manusia berhati buruk.
✓ Dengan diumbar maka dikhawatirkan kita akan terkena karma karena kesombongan. Karena dengan mengumbar berarti kita sudah meremehkan pencapaian orang lain dan bangga dengan pencapaian kita. Padahal hal itu belum diterjadi.
Jika memang ingin omon omon maka sampaikanlah rencana baik itu kepada orang orang yang kita percayai sebagai orang yang berhati baik dalam rangka meminta doa agar diberi kelancaran oleh Allah Subhanahu Wataala. Misalnya kepada orangtua, alim ulama dan Saudara yang selalu mendukung.
Adapun hadits yang berkenaan dengan menyembunyikan hajat atau rencana baik itu adalah
اسْتَعِينُوا عَلَى قَضَاءِ الْحَوَائِجِ بِالْكِتْمَانِ ، فَإِنَّ كُلَّ ذِي نِعْمَةٍ مَحْسُودٌ
Bantulah Kelancaran Hajat dengan Cara Menyembunyikannya karena Setiap Pemilik Nikmat menjadi Obyek Hasad.
Hadits ini diriwayatkan: At-Thabraniy, Ibnu Adi, al-Uqailiy, ar-Ruyani, Abu Nu’aim, al-Qadha’iy, as-Shaidawiy, al-Baihaqi dan Ibnul Jauzi.
Semua riwayat dari referensi di atas dari jalur Sa’id bin Sallam al-‘Athar, dari Tsaur bin Yazid, dari Khalid bin Ma’dan dari Mu’adz bin Jabal. Artinya, hadits di atas diriwayatkan dari sahabat Mu’adz bin Jabal.
Kelemahan Pertama:
Ini disebutkan oleh syaikh Mahir Yasin al-Fahl dalam kitabnya al-Jami’ fi al-‘Ilal wal Fawaid.
Pada jalur sahabat Mu’adz di atas, ada rawi Khalid bin Ma’dan dari Mu’adz bin Jabal. Hanya saja Khalid bin Ma’dan ini tidak mendengar hadits dari Mu’adz.
Abu Hatim berkata, sebagaimana nukilan Ibnu Abi Hatim dalam al-Marasil :
“Khalid bin Ma’dan dari Mu’adz bin Jabal, Khalid itu tidak mendengar dari Mu’adz. Di antara keduanya kira-kira ada dua perawi.”
At-Tirmidziy, dalam al-Jami’, mengatakan:
“Khalid bin Ma’dan tidak mendapati (lam yudrik) Mu’adz bin Jabal.”
Tambahan dari saya (YF), demikian pula disebutkan dalam Tahdzib al-Kamal bhw Khalid tidak mendengar dari Mu’adz. Pula kata adz-Ddzahabiy, dalam Siyar, Khalid ini memursalkan dari Mu’adz.
Hadits di atas diriwayatkan pula dari sahabat yang lain semisal Ali bin Abi Thalib, Ibnu Abbas, Abu Hurairah dan Umar -radhiyallahu ‘anhum ajmain- namun semuanya juga tidak shahih.
Kelemahan Kedua :
Pada jalur sahabat Mu’adz ini, Sa’id bin Sallam bertafarrud dan tidak ada jalur lain dari sahabat Mu’adz selain jalur Sa’id. Ini sebagaimana kata at-Thabraniy dalam al-Ausath.
Tentang Sa’id bin Sallam ini, Ibnu Hibban berkata:
“Munkar al-hadits, bertafarrud dari para tsabt pada hadits yang tidak memilik al-ashl dan dialah yang meriwayatkan dari Tsaur bin Yazid.”
Bukhari mengatakan: “Munkar al-hadits” (Dalam at-Tarikh al-Kabir)
Imam Ahmad berkata: “Kaddzab/pendusta.”
Abu Hatim mengatakan: “Munkar al-hadits jiddan.”
An-Nasa’iy mengatakan: “Matruk al-hadits”
Hadits ini adalah hadits munkar, sebagaimana pernyataan Abu Hatim:
هذا حديث منكر كان سبب سعيد بن سلام بعد القضاء ضعفه من هذا الحديث
Hadits ini adalah munkar. Penyebab Sa’id bin Sallam, setelah al-qadha, menjadi dhaif adalah adalah karena hadits ini.
(Ilal ibn Abi Hatim)
Tsaur yang menjadi guru tempat Sa’id bin Sallam mengambil hadits ini adalah seorang perawi tsiqah di mana para tokoh pembesar ahli hadits mengambil hadits darinya semisal at-Tsauri, Ibnu Uyainah, Yahya bin Sa’id dan lain-lain. Namun uniknya, dan ini menjadi catatan para ulama terkait hadits ini, para pembesar tersebut tidak ada yang meriwayatkan hadits tersebut dari Tsaur ini. Hanya Sa’id bin Sallam yang meriwayatkannya. Inilah tafarrud yang menjadikan hadits ini cacat. Tafarrud ini dinilai parah jika dilakukan oleh rawi semisal Sa’id bin Sallam. Seorang rawi matruk menyendiri dalam meriwayatkan hadits dari seorang guru di mana murid-murid lain yang lebih dhabt dan tsiqah tidak ada yang meriwayatkan hadits tersebut dari guru yang sama.
Maka hadits Menyembunyikan Rencana Baik ini jika dilihat dari segi Sanad maka dihukumi Munkar akan tetapi jika ditinjau dari segi matan maka maknanya adalah benar.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat berikut ini:
إِذۡ قَالَ یُوسُفُ لِأَبِیهِ یَـٰۤأَبَتِ إِنِّی رَأَیۡتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوۡكَبࣰا وَٱلشَّمۡسَ وَٱلۡقَمَرَ رَأَیۡتُهُمۡ لِی سَـٰجِدِینَ
(Ingatlah) ketika Yusuf berkata kepada ayahnya (Ya‘qub), “Wahai ayahku, sesungguhnya aku telah (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan. Aku melihat semuanya sujud kepadaku.”
[Surat Yusuf: 4]
قَالَ یَـٰبُنَیَّ لَا تَقۡصُصۡ رُءۡیَاكَ عَلَىٰۤ إِخۡوَتِكَ فَیَكِیدُوا۟ لَكَ كَیۡدًاۖ إِنَّ ٱلشَّیۡطَـٰنَ لِلۡإِنسَـٰنِ عَدُوࣱّ مُّبِینࣱ
Dia (ayahnya) berkata, “Wahai anakku..
"Janganlah Engkau Ceritakan Mimpimu kepada Saudara-saudaramu"
Karena mereka akan membuat tipu daya yang sungguh-sungguh kepadamu. Sesungguhnya setan adalah musuh yang jelas bagi manusia.”
[Surat Yusuf: 5]
Catatan:
وصححه الألباني في السلسلة وصحيح الجامع، ولكن بلفظ:
استعينوا على إنجاح الحوائج بالكتمان، فإن كل ذي نعمة محسود.
Syeikh Albani Menshahihkan hadits ini namun dengan redaksi yang berbeda:
استعينوا على إنجاح الحوائج بالكتمان، فإن كل ذي نعمة محسود.
Wallahu a’lam
__
Ustadz Khudori Sirojuddin.
Mudir Pesantren Inklusi Griya Sunnah Cileungsi Bogor
0 Komentar